Usai KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, makamnya di Kompleks Maqayikh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur itu langsung dipadati ribuan peziarah dari berbagai daerah. Mereka datang untuk berdoa dan mengenang sosok tokoh pluralisme yang telah menginspirasi bangsa.
Sejak pagi hingga menjelang zuhur, peziarah datang silih berganti. Rombongan anak muda, santri hingga jamaah dari luar daerah seperti Indramayu dan Blitar turut hadir.
Mereka menyebut, penetapan Gus Dur jadi Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan yang layak atas jasa dan keteladanannya.
Mereka menyebut, penetapan Gus Dur jadi Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan yang layak atas jasa dan keteladanannya.
Hal serupa juga oleh Qoni’ah, Kepala MTs Ma’arif NU Blitar, menyebut Gus Dur sebagai simbol keistiqamahan dan pemikiran inklusif. Ia mengaku, rutin membawa murid-muridnya berziarah ke makam Gus Dur sebagai bentuk pembelajaran nilai-nilai demokrasi, keberagaman dan keberpihakan pada kaum lemah. "Istiqomahnya Gus Dur bisa kami contohkan kepada anak-anak. Pemikirannya yang luar biasa, kemudian prinsipnya yang menghindari eksklusivitas. Beliau mengayomi semua pihak, tidak hanya membela yang besar, tapi minoritas juga dibela oleh beliau. Ini yang sangat bisa menjadi pelajaran dan beliau sangat peduli terhadap demokrasi," ungkap Qoni’ah melanjutkan.
Gelar Pahlawan Nasional diserahkan langsung kepada istri Gus Dur, Sinta Nuriyah, dalam upacara kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Berdasarkan Keppres Nomor 116/TK/Tahun 2025, Gus Dur diakui atas perjuangannya di bidang politik, pendidikan Islam, demokrasi dan pluralisme.
Tidak ada komentar: