Banyak orang tak menyangka bahwa kebiasaan sehari-hari yang tampak sepele justru bisa memicu kondisi saraf terjepit. Masalah ini bukan hanya dialami oleh orang yang aktif bergerak, tetapi juga mereka yang jarang beraktivitas fisik secara benar. “Postur tubuh yang salah secara terus-menerus, misalnya duduk membungkuk atau main ponsel sambil tiduran miring, bisa menyebabkan perubahan pada struktur tulang belakang jika dilakukan dalam jangka panjang,” ujar dr. Irca Ahyar, Sp.N, DFIDN, dari DRI Clinic.
Tak langsung timbul, tapi bisa terakumulasi Menurut Irca, saraf terjepit bisa muncul karena dua hal utama, yakni trauma mendadak dan proses akumulatif yang berlangsung lama. Trauma mendadak bisa terjadi karena kecelakaan, jatuh terduduk, atau benturan saat berolahraga.
Sementara itu, kebiasaan buruk seperti posisi duduk yang salah, meski tidak langsung berdampak, bisa memicu pergeseran struktur tulang belakang dalam jangka panjang. “Kalau kebiasaan buruk dilakukan setiap hari selama berbulan-bulan, apalagi dengan riwayat benturan sebelumnya, maka risiko terjadinya saraf terjepit akan meningkat. Celah antar tulang bisa menyempit dan menjepit saraf,” jelasnya.
Salah angkat beban bisa berisiko Sering kali orang tak menyadari bahwa mengangkat galon air, koper, atau barang berat lainnya tanpa kesiapan otot bisa membahayakan tulang belakang. Bila otot tidak terlatih, tubuh akan merespons dengan mengencangkan otot berlebihan, sehingga menimbulkan tekanan tinggi di ruas tulang belakang. “Kalau tidak punya otot yang cukup kuat, sebaiknya hindari angkat beban berat. Kalau dipaksakan, otot akan kaku, mencengkeram tulang, hingga akhirnya menyebabkan penyempitan celah tulang dan saraf terjepit,” ujar Irca.
Pegal biasa atau tanda bahaya? Gejala awal saraf terjepit sering kali tidak disadari karena menyerupai pegal biasa. Namun ada perbedaan mencolok. “Pegal karena aktivitas biasanya hilang setelah istirahat atau dipijat. Tapi kalau akibat saraf terjepit, rasa pegal atau nyerinya akan konsisten muncul di area yang sama dan cenderung menetap,” katanya. Menurutnya, saat pegal berlangsung terus-menerus di area lokal, seperti pinggang atau leher, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan penunjang. Terutama jika disertai gejala kesemutan, sensasi seperti tersetrum, atau mati rasa. Untuk mencegah kondisi ini, Irca menekankan pentingnya kesadaran terhadap kemampuan tubuh. “Kita harus tahu kemampuan otot kita sejauh apa. Kalau tidak terbiasa latihan fisik, jangan langsung angkat beban berat,” jelasnya.
Ia juga menyarankan melakukan stretching tulang belakang secara rutin dan menjaga postur tubuh saat duduk, berdiri, maupun tidur.
“Stretching bisa mengurangi tekanan otot pada tulang belakang dan menjaga fleksibilitas otot,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipatif, ia juga menganjurkan screening dini untuk tulang belakang, terutama bagi anak-anak dan orang usia produktif.
“Lewat screening, kita bisa tahu apakah ada kelainan struktur tulang sejak dini, sehingga bisa dicegah sebelum timbul gejala berat,” kata dr. Irca.
Jika Anda merasa sering pegal di area yang sama atau mengalami nyeri yang tak kunjung membaik, jangan anggap remeh. Bisa jadi, itu bukan sekadar pegal biasa.
Tidak ada komentar: