KB untuk Ibu Menyusui, Mengapa IUD dan Kondom Lebih Direkomendasikan Dokter?

 


Untuk ibu menyusui, metode KB nonhormonal seperti kondom dan IUD menjadi pilihan yang lebih direkomendasikan. Namun, pilihan KB tetap harus disesuaikan dengan tujuan, kondisi tubuh, dan kenyamanan masing-masing. Berdasarkan penjelasan dr. Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, SpOG., IBCLC., kontrasepsi memiliki dua jenis yaitu hormonal dan nonhormonal. 

“Prinsipnya kan KB itu memang branch-nya (cabang) ada nonhormonal dan hormonal. Jadi kalau kita lagi menyusui, sebenarnya kita lebih merekomendasikan yang nonhormonal,” ujar dr. Nisa dalam acara Sahabat Peduli Journalist Club Edisi 2 dari Pfizer Indonesia di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025). Pemilihan KB nonhormonal untuk ibu menyusui dilakukan agar fungsi tubuh tetap berjalan sebagaimana mestinya. “Supaya apa? Ya ovulasi tetap ovulasi, menstruasi tetap menstruasi,” ucap dr. Nisa.

Namun, pilihan dapat berubah jika metode nonhormonal tidak memungkinkan.  “Tapi kalau memang sudah KB yang nonhormonal ini kayaknya tidak memungkinkan, baru biasanya kita rekomendasikan untuk yang hormonal,” sambungnya. Pemilihan KB mengikuti sistem “kafetaria”

Lebih lanjut, dr. Nisa menjelaskan bahwa memilih KB bukan hanya soal teknis, melainkan juga preferensi dan tujuan pribadi.  Maka dari itu, dalam dunia medis dikenal sistem “kafetaria” yaitu memilih kontrasepsi berdasarkan apa yang paling sesuai bagi pasien. “Pemilihan KB itu kan sistemnya kafetaria. Jadi kita melihat bagaimana keinginan pasien, tujuannya dulu, menundanya berapa lama, terus kenyamanannya seperti apa, dan sudah diobrolin belum sama suami,” kata dr. Nisa. Menurutnya, tujuan KB umumnya terbagi menjadi tiga yaitu menjaga jarak kehamilan, menunda kehamilan, atau memang tidak ingin hamil lagi. Tujuan tersebut sangat menentukan metode mana yang cocok bagi masing-masing ibu.

KB untuk ibu menyusui: Intrauterine device (IUD) atau kondom

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, untuk ibu menyusui yang ingin menjaga jarak kehamilan, dokter menyebut bahwa pilihan yang paling aman dan dianjurkan adalah metode nonhormonal.  “Jadi kalau kita pada kondisi yang masih bentuk menjaga jarak, terus masih menyusui, yang nonhormonal tadi berarti cuma kondom sama IUD,” jelas dr. Nisa. Namun, ia mengakui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada suami ini sering dianggap kurang praktis. “Tapi kan kalau kondom itu kan repot ya. Terus abis itu banyak banget yang pakai kondom tapi salah pakenya,” ungkap dr. Nisa. Adapun dr. Nisa menyoroti bahwa kondom sebenarnya memiliki tingkat proteksi hingga 99 persen jika digunakan dengan benar. Namun, masih banyak pasangan yang tidak menggunakannya dengan benar.

“Kondom itu tingkat efektivitasnya bisa sampai 99 persen kalau digunakan dengan benar, artinya sejak awal sebelum penetrasi,” ujarnya. Menurut dr. Nisa, beberapa pasangan masih sering menunda pemakaian kondom hingga menjelang ejakulasi sehingga risikonya tetap ada. Ia menegaskan, risiko kehamilan sudah bisa terjadi sejak awal penetrasi. “Cairan praejakulasi itu sudah mengandung sperma sehingga kehamilan tetap bisa terjadi,” jelasnya. Selain itu, dr. Nisa juga menjelaskan cara penggunaan kondom yang benar, termasuk memencet bagian ujungnya sebelum dipasang.  “Saat pemasangan itu harus dipencet. Jadi bukan dalam kondisi mengembung,” ujarnya. Setelah ejakulasi, kondom tidak boleh digunakan kembali.  “Begitu sudah terjadi ejakulasi, yaudah enggak boleh lagi masuk lagi, bisa leakage (bocor). Bisa dari samping-sampingnya. Bisa hamil lagi,” terang dr. Nisa.

Karena alasan kepraktisan, dr. Nisa menilai IUD sering kali menjadi pilihan yang lebih stabil untuk ibu menyusui. Tak hanya itu, IUD juga tidak mengganggu ovulasi maupun siklus menstruasi bagi ibu menyusui. “Jadi karena dia dari unsur kepraktisan, kalau IUD pasang sekali. Bisa sampai lima tahun. Kontrol sekali,” katanya. “Lagi-lagi nonhormonal. Ovulasi tetap ovulasi. Menstruasi juga tetap menstruasi,” tambahnya.

Meski IUD memiliki benang kecil di area serviks, dr. Nisa mengatakan bahwa seiring waktu benang tersebut makin lembut dan biasanya tidak menimbulkan keluhan.  “Itu (benang) biasanya sih lama-lama enggak terasa juga,” tutupnya.


KB untuk Ibu Menyusui, Mengapa IUD dan Kondom Lebih Direkomendasikan Dokter? KB untuk Ibu Menyusui, Mengapa IUD dan Kondom Lebih Direkomendasikan Dokter? Reviewed by wongpasar grosir on 08.38 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.