Jerawat ternyata bisa dialami oleh semua orang, termasuk bayi. Hal ini disampaikan oleh dr. Vidyani Adiningtyas, Sp.DVE, dermatolog dari Dermsquad CeraVe Indonesia, dalam acara CeraVe Acne Academy di Jakarta, Selasa (30/9/2025). "Karena enggak cuman remaja aja yang mengalami masalah jerawat. Bahkan dewasa muda sampai dewasa agak tua. Remaja jompo itu juga kadang masih berjerawat. Termasuk bayi juga," kata dr. Vidyani.
Lantas, apa yang menyebabkan jerawat muncul, termasuk di kulit bayi? Simak selengkapnya. Jerawat pada bayi Infantile acne bisa muncul akibat hormon
Infantile acne atau jerawat pada bayi bisa muncul akibat pengaruh hormon yang diturunkan oleh sang ibu. Menurut Vidyani, kondisi ini biasanya hanya bersifat sementara.
"Kalau infantile acne ya karena hormon biasanya. Jadi kalau misalnya bayi kan ada hormon bawaan dari ibunya juga ya, jadi itu bisa mencetuskan infantile acne itu," kata Vidyani.
"Tapi biasanya memang sifatnya sementara, kadang-kadang seiring berjalannya waktu hormonnya juga akan berkurang, dan akhirnya kondisi acne-nya juga akan berkurang," lanjutnya. Sebagai informasi, infantile acne biasa terjadi pada bayi dalam rentang usia dua bulan hingga satu tahun. Selain itu, ia menambahkan, infantile acne tidak disebabkan oleh faktor genetik atau dari penggunaan produk tertentu, seperti pelembap atau produk skincare bayi lain. "Enggak (dipengaruhi faktor genetik) sih, biasanya bawaan dari ibunya ya, hormonnya masih tinggi," tuturnya. Bagaimana dengan jerawat pada orang dewasa?
Sementara itu, pada orang dewasa, jerawat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor gaya hidup atau lifestyle.
Makanan tinggi gula, susu sapi, gorengan, dan kebiasaan tidur yang tidak teratur bisa memicu produksi sebum berlebih serta meningkatkan peradangan kulit yang berakhir menjadi jerawat. "Kalau pencetus dari adult acne itu biasanya dari lifestyle. Jadi misalnya dari makanan-makanan yang dikonsumsi, terlalu banyak minum susu sapi, atau produk susu dan turunannya," papar Vidyani. "Kemudian manis-manis, gorengan, nah itu juga bisa mencetuskan acne karena dia akan meningkatkan sebum yang terlalu banyak, dan juga meningkatkan peradangan," tambahnya. Selain pola makan tersebut, kebersihan sehari-hari juga memicu jerawat. Misalnya, jarang mengganti sarung bantal, handuk, atau membersihkan kuas makeup, dapat memperparah kondisi kulit berjerawat.
"Begitu juga yang suka makeup-an, kadang-kadang suka lupa kalau brush makeup-nya itu enggak diganti, jadi itu juga harus dicuci, harus dibersihkan secara berkala," ujarnya.
Jangan pencet jerawat, kenapa?
Kebiasaan lain yang harus dihindari adalah memencet jerawat. Tindakan ini justru membuat radang semakin parah dan berisiko meninggalkan bekas hitam hingga bopeng.
"Biasanya suka gatal, aduh mukanya pengen dipencetin, itu malah bikin jadi radangnya bertambah, terus udah gitu bekas jerawatnya makin hitam, dan akhirnya jerawatnya jadi enggak kelar-kelar," jelasnya.
Justru, bekas hitam akibat memencet jerawat ini penyembuhannya bisa lebih susah dan mungkin akan lebih lama juga.
Sesuaikan dengan kondisi masing-masing Lebih lanjut, menurutnya, setiap orang bisa memiliki pencetus jerawat yang berbeda, mulai dari faktor hormon hingga penyakit bawaan seperti PCOS (sindrom ovarium poliklistik). "Pencetus itu misalnya dari gaya hidupnya, atau memang punya penyakit bawaan, misalnya PCOS atau hormonal," ungkapnya.
Karena itu, penanganan jerawat sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter kulit agar bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
"Pertama harus tau dulu pencetusnya apa, karena kan setiap orang pencetusnya beda-beda. Selain itu juga produk yang tepat, sesuai dengan kulitnya yang memang terbukti secara klinis bisa mengatasi acne, tanpa merusak skin barrier-nya," pungkasnya.

Tidak ada komentar: