Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal akibat banjir yang melanda Bali kembali bertambah. Dari sebelumnya 14 orang, kini total korban meninggal mencapai 16 orang. Seluruh jenazah sudah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan yang bekerja di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa data terbaru tersebut diperoleh setelah satu dari dua korban hilang berhasil ditemukan pada Kamis (11/9/2025) sore. "Satu masih dilaporkan hilang," ujarnya.
BNPB merinci, korban meninggal tersebar di beberapa wilayah, meliputi 10 orang di Kota Denpasar, dua orang di Kabupaten Jembrana, tiga orang di Kabupaten Gianyar, dan satu orang di Kabupaten Badung.
Abdul Muhari menyebut proses pencarian korban hilang masih terus dilakukan. Sedikitnya 125 personel gabungan terlibat dalam operasi pencarian di sejumlah titik yang diduga menjadi lokasi terakhir korban terlihat. Sementara itu, kondisi banjir di sebagian besar wilayah Bali sudah berangsur surut. "Fokus utama tim saat ini adalah pencarian korban hilang, pembersihan material banjir, serta penyedotan genangan air, salah satunya di basemen Pasar Badung," jelas Abdul. Ia menegaskan kondisi di Bali secara umum sudah mulai terkendali.
Banjir besar ini dipicu oleh hujan dengan intensitas sangat tinggi yang mengguyur Bali lebih dari 24 jam sejak Selasa (9/9/2025). Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ada beberapa faktor utama penyebab banjir: 1. Aktifnya Gelombang Rossby Ekuatorial Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III Denpasar, Wayan Musteana, menjelaskan bahwa gelombang Rossby yang sedang aktif memperkuat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Bali. "Gelombang Rossby yang sedang aktif memperkuat curah hujan sehingga meningkat signifikan," katanya.
2. Curah Hujan Ekstrem Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, menyebut curah hujan ekstrem tercatat lebih dari 150 milimeter per hari di sejumlah kabupaten/kota. "Kondisi ekstrem ini dipicu dinamika atmosfer, ditambah kelembapan udara tinggi hingga lapisan 200 milibar," jelasnya.
3. Meluapnya Sungai dan Drainase yang Terbatas Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, mengatakan debit air di wilayah hulu meningkat drastis sehingga Tukad Badung dan sungai lain meluap.
"Ketidakmampuan saluran drainase menampung kelebihan air memperburuk situasi," ujarnya.
4. Transisi Musim dan Suhu Laut Hangat BMKG menambahkan, masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan disertai suhu permukaan laut yang hangat memperbesar peluang terbentuknya awan hujan. Seberapa Besar Dampak yang Ditimbulkan? Tim Reaksi Cepat BPBD Provinsi Bali mencatat ada lebih dari 120 titik banjir yang disertai tanah longsor. Kota Denpasar menjadi wilayah dengan titik banjir terbanyak, yakni 81 titik, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.
Selain banjir, longsor juga dilaporkan di 18 titik: 12 di Karangasem, lima di Gianyar, dan satu di Badung. BNPB menyebut sekitar 562 warga terpaksa mengungsi ke sejumlah titik pengungsian sementara, termasuk sekolah, balai desa, mushola, dan banjar. Apa Saja Upaya Pemerintah untuk Penanganan Bencana? BNPB telah menyalurkan bantuan logistik berupa 200 lembar selimut, 200 matras, 300 paket sembako, 50 unit tenda keluarga, dua unit tenda pengungsi, satu unit perahu karet bermesin, serta tiga unit pompa air. Selain itu, pemerintah juga menjamin adanya bantuan dana stimulan untuk rehabilitasi rumah warga yang rusak ringan, sedang, maupun berat.
Pemerintah Kota Denpasar menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul banjir besar ini. Posko terpadu penanganan bencana juga telah didirikan dengan dukungan BPBD Kota Denpasar, BPBD Provinsi Bali, perangkat daerah, perbekel, dan lurah setempat. BMKG memprediksi hujan ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Bali dalam tiga hari ke depan, sebelum intensitas cuaca berangsur menurun. Pemerintah dan warga diimbau tetap waspada menghadapi potensi banjir susulan.
Tidak ada komentar: