Tidak semua hubungan sosial membawa kebahagiaan. Beberapa justru menjadi sumber stres berkepanjangan—dan menurut studi terbaru, hubungan yang penuh tekanan ini bisa mempercepat proses penuaan hingga ke tingkat seluler. Para psikolog sudah lama mengetahui bahwa hubungan sosial yang sehat dapat memperpanjang usia. Sebuah tinjauan studi bahkan menunjukkan bahwa kesepian bisa sama berbahayanya dengan obesitas atau kurang olahraga dalam hal risiko kematian. Namun, kualitas hubungan ternyata sama pentingnya dengan kuantitasnya. Pada 2012, peneliti dari University of Utah menemukan bahwa hubungan yang bersifat ambivalen—alias "frenemy" atau teman sekaligus musuh—dapat mempercepat pemendekan telomer, yaitu ujung pelindung kromosom yang memendek seiring bertambahnya usia dan dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti jantung.
Stres dan Penuaan: Apa Kaitannya? Studi terbaru oleh Byungkyu Lee dari New York University dan timnya meneliti hal ini lebih dalam. Mereka menggunakan penanda metilasi DNA—perubahan kimia kecil yang memengaruhi kerja gen—untuk mengukur usia biologis seseorang. “Saat kita menua, pola tanda-tanda ini berubah secara dapat diprediksi,” jelas Lee.
Penelitian ini melibatkan 2.232 orang yang memberikan sampel air liur untuk diuji secara epigenetik. Mereka juga diminta menjawab pertanyaan tentang hubungan sosial, seperti: “Seberapa sering orang ini merepotkan, membuat masalah, atau menyulitkan hidup Anda?” Siapa pun yang dijawab “kadang-kadang” atau “sering” dikategorikan sebagai “pengganggu” atau hassler
Hubungan yang Menyebalkan = Usia Biologis Bertambah Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh partisipan memiliki setidaknya satu hassler dalam lingkaran sosial terdekat mereka. “Lebih dari setengah orang dewasa melaporkan memiliki setidaknya satu orang pengganggu di antara kontak terdekat mereka,” ujar Lee. Setiap orang hassler dikaitkan dengan percepatan penuaan biologis sebesar 0,5 persen. Ini setara dengan 2,5 bulan usia biologis lebih tua dari usia kronologis. Lebih lanjut, jika lebih dari 50 persen jaringan sosial seseorang terdiri dari para hassler, percepatan penuaannya bisa lebih besar lagi. Bahkan, hassler ambivalen—yang kadang memberi dukungan tetapi juga memicu stres—memiliki dampak paling besar. Sebaliknya, hubungan yang sepenuhnya negatif justru tidak terlalu merugikan karena biasanya orang cenderung menjaga jarak dari hubungan seperti ini.
Stres Kronis Merusak Tubuh Hubungan negatif dapat meningkatkan stres kronis, yang menyebabkan peradangan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Stres yang terus-menerus meningkatkan kadar hormon seperti kortisol, yang dalam jangka panjang dapat merusak kesehatan. Tim Lee menemukan bahwa orang dengan banyak hassler menunjukkan kadar peradangan yang lebih tinggi dan disfungsi epigenetik—tanda bahwa hubungan negatif memang berdampak langsung terhadap sistem biologis tubuh.
Dampaknya juga terlihat dari kondisi fisik dan mental secara umum. Mereka yang memiliki lebih banyak hassler melaporkan kesehatan yang lebih buruk, tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi, serta lebih banyak penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan gangguan tidur.
Hubungan negatif juga berkaitan dengan peningkatan rasio pinggang-pinggul, BMI yang lebih tinggi, dan kondisi kesehatan ganda (multimorbiditas). Semua ini menunjukkan bahwa hubungan yang penuh tekanan bisa memperlemah daya tahan tubuh dan membuat pemulihan dari penyakit menjadi lebih sulit—bahkan bisa mengurangi harapan hidup.
Komunitas Positif Bisa Menyeimbangkan Namun, tidak semua kabar buruk. Alex Haslam dari University of Queensland mengatakan bahwa menjadi bagian dari kelompok sosial dapat mengimbangi dampak dari hubungan negatif individu. “Misalnya, jika saya anggota klub buku atau paduan suara, maka yang memengaruhi kesehatan saya adalah identifikasi saya terhadap kelompok itu secara keseluruhan, bukan seberapa dekat saya dengan masing-masing anggotanya,” kata Haslam. Artinya, keterikatan dengan komunitas positif bisa memberikan perlindungan emosional, bahkan jika kita tidak terlalu akrab dengan semua anggotanya. Hubungan yang tidak konsisten—kadang mendukung, kadang menyakiti—ternyata justru paling sulit dihindari, apalagi jika itu melibatkan keluarga atau teman dekat. Namun, memperbaiki hubungan ini dapat membantu memperlambat penuaan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
“Hubungan negatif, terutama yang berubah-ubah antara dukungan dan kritik, bertindak sebagai pemicu stres kronis yang sangat kuat,” jelas Lee. Hubungan seperti ini memicu sistem stres tubuh secara berulang, meningkatkan kadar kortisol dan peradangan yang mempercepat penuaan biologis dan merusak kesehatan secara umum. Solusi jangka panjang tidak cukup hanya dengan memutus hubungan yang toksik atau mengatasi rasa sepi. Intervensi masa depan perlu membantu orang mengenali dan mengelola hubungan ambivalen ini sambil memperkuat hubungan yang positif dan suportif. Program pelatihan resolusi konflik, kemampuan menetapkan batasan, dan komunikasi yang sehat dapat membantu mengurangi beban dari hubungan yang kompleks ini.
Dengan fokus pada pengurangan tekanan dalam hubungan serta membangun jaringan sosial yang sehat dan penuh kepercayaan, kita bisa mendorong penuaan yang lebih sehat—baik secara mental maupun fisik—sepanjang hidup. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal medRxiv.
Tidak ada komentar: