Sekitar tahun 1860-an, banyak minuman bersoda yang di era modern ini dikenal sebagai softdrink, seperti Coca-Cola atau Root Beer, digunakan sebagai minuman kesehatan yang diminum di apotek. Minuman tersebut diklaim punya banyak manfaat kesehatan. Pada akhir tahun 1800-an di Eropa dan Amerika Serikat, di mana orang berkonsultasi dengan apoteker dari pada dokter, minuman ini dimanfaatkan untuk "mengobati" hampir setiap penyakit, mulai dari flu biasa hingga sembelit dan untuk menenangkan saraf. Menariknya, bahan-bahan utama, atau turunannya dalam minuman tersebut masih digunakan dalam pengobatan modern saat ini.
Coca-Cola Minuman bersoda populer ini berasal dari anggur yang dicampur dengan daun koka. Minuman ini disebut Vin Mariani dan ditemukan pada tahun 1863 oleh ahli kimia Prancis Angelo Mariani sebagai obat sakit tenggorokan. Nah, di sinilah hal yang menarik, daun koka adalah bahan mentah dari mana Anda mendapatkan kokain (saat itu legal karena orang-orang tidak tahu yang lebih baik).
"Secara alami, daun ini sangat adiktif tetapi juga memiliki "efek anestesi lokal", menurut Associate Professor Gavin Dawe, kepala Departemen Farmakologi di Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin, Universitas Nasional Singapura. Anggur koka juga populer di kalangan penyanyi opera karena efek kokain yang merangsang dan punya efek anestesi lokal untuk menenangkan tenggorokan. Kemudian, pada tahun 1886, seorang veteran dan apoteker pecandu morfin John Pemberton mematenkan versi anggur koka buatannya dengan menambahkan kacang kola ke dalam ramuan tersebut dan menyebutnya Pemberton’s French Wine Coca. Anggur tersebut dijual sebagai sirup kepada apoteker, yang mencampurnya dengan air berkarbonasi (teknik karbonasi telah ditemukan di Inggris pada tahun 1767) untuk menciptakan “tonik otak” yang berbusa.
Pemberton mengklaim minuman itu menyembuhkannya dari kecanduan morfin, beserta daftar "keajaiban" lain seperti mengobati mabuk, cegukan, sakit kepala, kelelahan, dan impotensi. Janji-janji kesehatan itu tidak jelas apakah terbukti, tetapi French Wine Coca pasti cukup adiktif dan menguntungkan. Beberapa situs web mencatat bahwa setiap gelas bisa mengandung 9mg kokain. "Mengenai kacang kola, kacang tersebut merupakan sumber kafein dan mengonsumsinya dapat meningkatkan kewaspadaan. Kacang tersebut juga memiliki antioksidan yang dikenal sebagai polifenol", kata Profesor William Chen, direktur program Ilmu Pangan & Teknologi Universitas Teknologi Nanyang. Saat ini, Coca-Cola tidak lagi mengandung daun koka atau kacang kola. Namun, masih mengandung kafein, sekitar 33mg per kaleng berukuran 330ml, menurut The Coca-Cola Company.
7Up Minuman 7UP, yang awalnya dibuat pada tahun 1929 dengan nama "Bib-Label Lithiated Lemon-Lime Soda", mengandung lithium citrate, zat yang dulu digunakan untuk mengobati gangguan suasana hati dan depresi. Litium sitrat juga bisa jadi merupakan garam alami yang ditemukan di air tanah yang digunakan untuk membuat softdrink.
Tidak ada komentar: