Sindikat uang palsu yang beroperasi di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar berhasil dibongkar oleh pihak kepolisian pada akhir 2024. Andi Ibrahim, kepala perpustakaan UIN Alauddin, bersama rekannya Syahruna, telah menjalankan bisnis ilegal ini selama dua tahun dengan menggunakan fasilitas kampus. Pengungkapan kasus ini bermula dari kecurigaan seorang petugas BRILink di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Seorang warga yang hendak menyetor uang pecahan Rp100.000 ke layanan BRILink membuat petugas curiga uang tersebut palsu. Petugas segera melaporkan temuannya ke Polsek Pallangga, yang kemudian bekerja sama dengan Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Gowa.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan bahwa investigasi berkembang hingga mengarah ke kampus UIN Alauddin Makassar.
“Setelah laporan diterima, Polsek Pallangga bersama Satreskrim Polres Gowa menelusuri lebih lanjut hingga akhirnya menemukan adanya pabrik uang palsu yang beroperasi di gedung perpustakaan kampus UIN Alauddin,” jelasnya. Mesin cetak di kampus Dalam penggerebekan tersebut, polisi menemukan mesin cetak seharga Rp600 juta yang didatangkan dari China. Mesin ini disembunyikan di ruang kamar mandi perpustakaan yang telah dimodifikasi menggunakan partisi dan peredam suara. Selain itu, ribuan lembar uang palsu pecahan Rp100.000 dan tinta khusus seharga Rp15 juta hingga Rp20 juta per jenis turut diamankan. Kapolres Gowa menjelaskan bahwa para pelaku menggunakan teknologi canggih dalam produksi uang palsu tersebut. “Mereka bahkan memesan tinta dari luar negeri yang harganya lebih dari Rp20 juta per jenis, namun bahan tersebut tidak bisa masuk karena diblokir oleh bea cukai,” ungkap AKBP Reonald.
Syahruna, salah satu tersangka, mengungkapkan bahwa proses pembuatan uang palsu sangat rumit. “Setiap produksi membutuhkan 19 tahapan pekerjaan, termasuk pencetakan UV dan magnetik,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa dalam satu kali produksi, mereka bisa mencetak uang palsu senilai Rp200 juta. Menurut Syahruna, tahapan awal melibatkan percetakan UV sebanyak tiga kali. “Tahap pertama tali air, lalu benang dengan mesin sablon. Setelah itu, cetak UV dan magnetiknya,” paparnya. Proses ini dilakukan di lantai 1 gedung perpustakaan, sementara bahan baku disimpan di lantai 2.
Tidak ada komentar: