Tiga puluh delapan tahun lebih arkeolog dan penyelam Indonesia, Drs Santoso
Pribadi menghilang di Laut China Selatan dekat Kepulauan Riau. Santoso
Pribadi diduga terseret arus dalam misi penelusuran harta karun kapal
Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) De Geldermalsen, sekitar 40 kilometer
dari Pulau Kayu Ara. Drs Santoso Pribadi atau yang akrab dipanggil Ucok
adalah arkeolog Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah
dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Ditlinbinjarah
Depdikbud).
Kisah Santoso Pribadi Harian Kompas, Rabu (27/8/1986) memberitakan, arkeolog
lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menelusuri dasar laut dalam rangka
penyelamatan arkeologi (rescue archaeology).
Penyelaman ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Tim Penelitian Harta
Karun Riau yang dipimpin oleh Prof Dr Baharuddin Lopa SH. Mereka terdiri
dari gabungan tujuh instansi, yakni Departemen Kehakiman, Departemen Luar
Negeri, Depdikbud, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perhubungan, Mabes
TNI-AL, dan Kejaksaan Agung. Tim Penelitian Harta Karun Riau bertujuan
melacak peristiwa pencurian harta karun yang dipimpin penjelajah Inggris,
Michael Hatcher.
Kasus ini sempat menghebohkan Indonesia lantaran baru diketahui setelah
harta karun dilelang senilai Rp 16,5 miliar di Amsterdam, Belanda, pada 2
Mei 1986. Tim juga diharapkan dapat mengumpulkan data-data sisa kapal karam
lain, yang menurut Michael Hatcher masih terdapat di sekitar lautan tak jauh
dari bangkai kapal De Geldermalsen. Penyelamatan arkeologi itu berlangsung
sejak 18 Agustus 1986, ditandai dengan keberangkatan tim beranggotakan 40
orang dari Jakarta menuju Riau. Kala itu, Santoso Pribadi mendampingi Drs
Uka Tjandrasasmita, sejarawan sekaligus Direktur Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Santoso antusias, tugas pertama di Indonesia Santoso dipercaya melakukan
penelitian bawah laut guna mengumpulkan data yang tersisa dari pencurian
harta karun kapal VOC De Geldermalsen yang tenggelam pada 3 Januari 1752.
Terlebih, sosoknya pernah mendapat pendidikan khusus arkeologi bawah air di
Muangthai, Thailand pada 1984 dan 1986. Bahkan, dia dilaporkan sangat
antusias saat diminta melacak kasus pencurian harta karun berupa 160.00
porselen biru-putih China, 125 batang masing-masing 360 gram emas dengan
20-22 karat, meriam perunggu, dan bel kapal hingga jangkar kapal. Mengingat
tugas ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia, Santoso sempat meminta
dijahitkan pakaian selam khusus dua hari sebelum berangkat
Akan tetapi, pada Rabu, 25 Agustus 1986, dia diduga kuat terseret arus
kencang dan menghilang. Pagi itu, Santoso bersama dua penyelam dari instansi
lain melakukan penyelaman pertama mulai pukul 08.00 sampai 10.00 WIB.
Setelah beristirahat, ketiga penyelam ini bekerja lagi untuk menjelajahi
laut sedalam 20 meter pada pukul 12.30 WIB. Tak berselang lama, kedua
penyelam muncul ke permukaan tanpa Santoso. Hingga sore pukul 17.00 WIB,
Santoso tak juga terlihat, padahal tabung udara hanya bertahan maksimal dua
jam.
Pengungkap letak kapal VOC, tak kunjung ditemukan Empat hari berselang,
Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Laut JE Habibie mengatakan, usaha
pencarian Santoso masih terus dilanjutkan.
"Kalaupun tidak bisa diselamatkan, minimal jenazahnya harus dapat diangkat,"
kata dia kepada Harian Kompas pada Kamis (28/8/1986). Selama beberapa hari,
KN (Kapal Negara) Bima Sakti, sebuah kapal survei milik Direktorat Navigasi
Ditjen Perhubungan Laut belum juga mengangkat jangkar dari lokasi. Kapal ini
berfungsi untuk meneliti kedalaman laut, kekuatan arus bawah air, arah arus,
dan kekuatan gelombang. Dari penelitian tersebut, diharapkan seandainya
Santoso tenggelam, jenazah bisa diketahui terbawa arus seberapa jauh.
Belum lagi, perairan Laut China Selatan kala itu tengah dihantam musim angin
utara yang kencang, arus kuat, dan gelombang sekitar 2-3 meter. Selain itu,
lokasi hilangnya arkeolog Santoso juga dilaporkan menjadi sarang hiu, yang
kerap kali memunculkan diri ke permukaan. Akibat musibah yang menimpa salah
satu anggota tim, Baharuddin Lopa pun menghentikan seluruh penelitian untuk
sementara pada Jumat, 29 Agustus 1986. "Musibah ini betul-betul
memprihatinkan kami," ujarnya, seperti dalam pemberitaan Harian Kompas,
Jumat. Bagi dirinya, Santoso telah memberikan segalanya dalam penelitian
fase penelusuran pertama, hal yang dinilai sangat bermanfaat untuk kegiatan
selanjutnya. Arkeolog kelahiran 4 September 1953 itu disebut yang paling
banyak mengangkat piring-piring keramik dari laut.
Bahkan, menurut Lopa, Santoso jugalah yang mengungkap letak tenggelamnya
kapal VOC De Geldermalsen secara persis. "Tanpa dia (Santoso), kemungkinan
tim kami tidak berhasil mendapatkan bukti-bukti adanya sisa harta karun yang
masih tertinggal," tuturnya. Dalam pemberitaan Harian Kompas, Sabtu
(30/8/1986), tersiar kabar penemuan lokasi tenggelamnya arkeolog Drs Santoso
Pribadi. Kabar tersebut berasal dari layanan telekomunikasi teleks yang
dikirim oleh Gubernur Riau saat itu, Imam Munandar. Namun, sampai saat ini,
tak pernah terdengar lagi kabar penemuan jenazah Santoso Pribadi yang
menghilang dalam misi penelusuran harta karun kapal VOC De Geldermalsen.
Kisah Santoso Pribadi, Arkeolog Bawah Laut yang Hilang Saat Telusuri Harta Karun Kapal VOC
Reviewed by wongpasar grosir
on
14.10
Rating:
Tidak ada komentar: