Joget Sadbord belakangan viral di Youtube dan Tiktok. Joget ini ramai-ramai dilakukan warga Kampung Margasari, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, untuk mendapatkan gift atau saweran.
Semakin banyak saweran yang diberikan para penonton, para host juga semakin lama untuk berjoget.
Pria bernama Gunawan ternyata sosok di balik joget Sadbor dengan akun Tiktok dan Youtube @sadbor86.
Gunawan tak menyangka yang dilakukannya bisa viral dan mendapatkan atensi dari publik, padahal melakukan aktivitasnya itu berawal dari iseng. Sebelum viral seperti sekarang, Gunawan memulai live-nya itu saat menjadi penjahit keliling di Jakarta. “Saya awalnya di Jakarta jahit keliling waktu Corona (pandemi Covid-19). Saya coba sambil live, tak sadar tiba-tiba saldo di akun Tiktok ada beberapa dolar,” kata Gunawan saat ditemui Kompas.com di Desa Bojongkembar, Kamis (24/10/2024) sore. Gunawan kemudian memutuskan untuk berhenti menjahit dan pulang ke Sukabumi. Pada 2020-2021, dia mencoba fokus untuk mencari penghasilan melalui live di Tiktok. Berawal dari joget sembarangan, akhirnya Gunawan menemukan gerakan yang pas dan diberi nama joget "ayam patuk". Mendapat banyak saweran, Gunawan akhirnya mengajak teman dan tetangganya.
Gunawan mengatakan, live di Tiktok biasa dilakukan mulai pagi sekira pukul 09.00 WIB hingga sore menjelang maghrib. Pada malam hari, dia menyerahkan ke rekannya yang lain. Dari hasil live per hari, Gunawan bisa mendapatkan uang dari saweran sebesar Rp 400.000-Rp 700.000, dan hasil tersebut sudah bersih setelah dibagikan ke rekan-rekannya yang lain.
Selama dua tahun live Tiktok, Gunawan mengaku banyak rekannya yang terbantu hingga bisa membeli sepeda motor, merenovasi rumah, hingga membeli rumah. Mengemis online? Sejak viral hingga sekarang, Gunawan mengakui banyak mengalami suka dan duka.
Dia mengaku hinaan dari netizen sudah seperti makanan sehari-hari. “Saya selalu bilang sama teman-teman, kalau mau ramai akunnya itu harus kuat. Kalau ramai itu hinaan hujatan dan bullyan itu pasti jadi makanan sehari-hari, itu jangan dilawan karena kalo enggak ada mereka, kita enggak akan ramai,” kata Gunawan. Gunawan juga tak mempermasalahkan komentar negatif dari para netizen. Termasuk menyebut dirinya dan warga mengemis online.
Dia hanya berharap agar para penonton tak menghina menghina soal suku, agama, dan ras. “Ya, kita mau dibilang apa sih bebas, asal jangan hina dalam konteks ras, suku, agama,” kata Gunawan. Jika nantinya tak lagi bisa live untuk mendapatkan saweran, Gunawan akan kembali ke profesi lamanya sebagai penjahit. “Ya, Sadbor punya keahlian nyopit, menjahit, dan kalau Sadbor mau jahit, ya tinggal jahit keliling aja. Kalau kata pepatah, orang miskin itu tidak takut miskin, adanya orang kaya yang takut miskin. Kita sekarang nikmati, jalani, syukuri,” kata Gunawan.
Tidak ada komentar: