Seorang ilmuwan dari Tasmania, Vincent Lyne menerbitkan jurnal yang berisi teori di mana lokasi pesawat Malaysia Airlines MH370 berada. Jurnal berjudul "Final Two Communications from MH370 Suggests Controlled Eastward Descent” itu dipublikasikan oleh Journal of Navigation setelah di-review selama dua tahun. Dalam jurnal tersebut, teori Lyne menyimpulkan bahwa pilot MH370 dengan sengaja mendaratkan pesawat ke permukaan laut (controlled ditching) dan ditenggelamkan di wilayah yang bernama Broken Ridge.
Broken Ridge adalah dataran tinggi samudra di Samudra Hindia bagian tenggara. Broken Ridge pernah membentuk provinsi batuan beku besar bersama dengan Dataran Tinggi Kerguelen. Ditching vs. crashed Teori Broken Ridge yang diungkap Lyne ini menambah perdebatan tentang apakah MH370 mengalami ditching atau crashed.
Perlu dipahami, teori ditching melibatkan pesawat yang tidak mengalami kerusakan besar atau terbakar. Sementara teori crashed melibatkan pesawat yang hancur berkeping-keping setelah menghantam lautan, dan kemungkinan serpihannya terbakar. Teori Lyne ini berlawanan dengan teori para ahli (termasuk ATSB yang melakukan penyelidikan resmi) selama ini, yang menyebut MH370 kehabisan bahan bakar, dan jatuh tak terkontrol hingga menghantam lautan dengan keras (crashed). Untuk mengkritik teori Lyne, para ahli penerbangan merujuk pada analisis resmi seperti laporan Australian Transport Safety Bureau (ATSB) dan ICAO Malaysia, yang menyimpulkan bahwa penerbangan tersebut berakhir dengan penurunan yang ti
Teori ATSB dan ICAO Malaysia berdasar pada data satelit dan analisis dari puing-puing hanyut yang ditemukan. Para kritikus berpendapat bahwa skenario pendaratan terkendali atau controlled ditched yang dikemukakan Lyne tidak memiliki bukti pendukung, berbeda dengan temuan yang mengindikasikan bahwa pesawat kehabisan bahan bakar dan jatuh. Hingga kini, selain teori yang diajukan Vincent Lyne, belum ada bukti definitif yang menunjukkan bahwa MH370 sengaja didaratkan ke laut oleh sang pilot.
Namun sudah ada bukti ilmiah dari analisis serpihan pesawat MH370 yang ditemukan, yang menunjukkan bahwa pesawat B777 yang membawa 227 penumpang itu menabrak permukaan laut dengan keras. Serpihan/puing pertama yang signifikan, yaitu sebuah flaperon, ditemukan di Pulau Réunion pada tahun 2015. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa serpihan tersebut konsisten dengan tumbukan berkecepatan tinggi. Posisi flaperon itu juga tidak dalam kondisi membuka/keluar, mengindikasikan bahwa pesawat tersebut tidak dalam konfigurasi sedang akan mendarat secara terkontrol/ditching. Kita yang duduk di dekat jendela saat naik pesawat, biasanya melihat sayap bagian belakang menjulur keluar secara bertahap sebelum mendarat. Itulah konfigurasi yang dibutuhkan untuk mendarat.
Tidak ada komentar: