KOMPAS.com - Setiap orang pernah makan dengan belepotan atau berantakan
ketika masih bayi. Namun, tidak semua orangtua menganggap wajar hal
tersebut. Ada yang merasa kesal sampai memarahi anak-anaknya. Padahal, ada
manfaat dari membiarkan bayi makan belepotan karena berkaitan dengan
stimulasi pada otak anak. "Jangan takut ketika anak makan belepotan, enggak
apa-apa, biarin saja. Pada masa itu, dia lagi eksplorasi," papar dr. Siska
Natalia Situmeang, M.Ked.(Ped.), Sp.A di Gramedia World BSD, Pagedangan,
Kabupaten Tangerang, Minggu (21/7/2024). Saat masih bayi, terutama masa-masa
golden age mulai usia enam bulan sampai dua tahun, mereka senang
bereksplorasi dengan apa pun yang disentuh.
Ketika bayi dalam program MPASI memegang dan meremas makanannya, ia sedang
mempelajari tekstur. Dalam waktu yang sama, seluruh panca inderanya
terangsang untuk merekam apa yang disentuh ke dalam otak. "Misalnya, makanan
dipencet-pencet, 'oh, begini ya tekstur makanan, ada yang lembek dan padat',
kemudian dimasukkan ke dalam mulut," papar Siska. Ketika masuk ke dalam
mulut, indera pengecapnya mempelajari rasa dari tekstur tersebut. Misalnya,
makanan bertekstur lembek terasa gurih sementara yang bertekstur padat
terasa manis. Jika orangtua mengajak bicara anak saat memberi mereka makan
dengan memberi tahu nama makanannya, anak bisa merekamnya bersamaan dengan
tekstur dan rasa. "Jadi, secara tidak langsung juga saat makan, tangan dan
mulut bisa melakukan koordinasi 'ini rupanya yang namanya makanan'," ucap
Siska. Oleh karena itu, ia mengimbau agar jam makan anak tidak diselingi
dengan gawai atau omelan dari orangtua.
Tidak ada komentar: