Medsos Jadi “Medan Perang Kampanye” di Pemilu 2024

Yogyakarta (beritajatim.com)– Penyelenggaraan Pemilu 2024 saat ini dianggap berbeda dengan pelaksanaan Pemilu di periode sebelumnya. Dari beberapa pakar dan pengamat politik menilai beberapa persoalan seperti netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dan integritas penyelenggara Pemilu serta media sosial (medsos) justru seolah menjadi “medan perang kampanye” bagi terselenggaranya Pemilu 2024 ini sendiri.

Tak hanya tiga hal ini saja, berbagai persoalan yang menjadi keresahan mereka juga ada di peran masyarakat sipil atau civil society. Untuk medsos yang menjadi medan perang kampanye, ternyata tantangannya ada di risiko penyebaran hoaks, disinformasi, dan politisasi identitas.

Dekan Fisipol UGM, Dr. Wawan Mas’udi, SI.P., MPA dalam sebuah diskusi Selasa siang hingga sore (30/1/2024) menuturkan di Pemilu 2024 ini secara umum disampaikan bahwa demokrasi sedang menghadapi kontraksi yang luar biasa besar sebagai salah satu dampak proses elektoral yang sedang berlangsung.

“Ada isu yang perlu direspons, bagaimana tetap menjaga penyelenggaraan pemilu sebagai fondasi penting demokrasi tetap berlangsung dalam kerangka yang penuh integritas,” tuturnya.

Narasumber lain Dosen Departemen Sosiologi FISIPOL UGM, Dr. Kuskridho Ambardi menuturkan bahwa kualitas pemilu bisa menjadi salah satu parameter untuk menilai kualitas demokrasi. Dari lima pemilu yang diselenggarakan di Indonesia.

Menurut Kuskridho, Pemilihan Presiden menjadi yang terendah dari segi kualitas. Proses menuju Pemilihan Presiden tahun ini sendiri sudah menuai banyak polemik. Hal ini ia duga dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemilu.

“Potensi di level publik akan ada ketidakpuasan meningkat. Dengan ketidaknetralan dan bias presiden apa yang dikhawatirkan pengamat akan terjadi, publik akan menilai pemilu saat ini tidak sebagus pemilu sebelumnya,” ungkapnya. [aje]